Bandung, POL | Plh. Kadisdik Jabar, M. Ade Afriandi mengunjungi SMAN 2 Cianjur dan SMKN 1 Pacet, Jumat pekan kemarin. Pada saat itu, Kadisdik langsung membunyikan peluit, secara serentak para siswa langsung berenang seperti ikan di kolam.
Sembari memegang pelampung, siswa putra dan putri bergantian melintasi kolam dari tepi satu ke tepi lainnya. Sambil mendengar instruksi sang guru, mereka menggerakkan kaki sambil mengatur napas.
Ini adalah suasana pelajaran olahraga di SMAN 2 Cianjur. Menariknya, olahraga renang ini dilakukan di kolam renang milik sekolah. Selain digunakan untuk pembelajaran olahraga dan pemusatan pelatihan bagi atlet di sekolah, kolam berukuran 25×12,55 m² tersebut sering digunakan untuk kejuaraan tingkat dasar.
Proses pembelajaran tersebut dilihat langsung oleh Plh. Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat (Jabar), M. Ade Afriandi dan Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah VI, Nonong Winarni.
Plh. Kadisdik pun mendorong satuan pendidikan untuk mengoptimalkan sarana pembelajaran di sekolah. “Sarana yang ada, kualitas pendidikan ini harus dipertahankan dan juga ditingkatkan,” tuturnya.
Sehingga, lanjutnya, para siswa bisa memanfaatkannya untuk mengasah minat dan bakatnya secara maksimal.
Dari sana, Plh. Kadisdik berlabuh di SMKN 1 Pacet, salah satu SMK yang sudah menjadi Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) di Jabar. Ia pun mengapresiasi upaya sekolah yang terus meningkatkan kualitas kompetensi keahlian, khususnya di bidang pertanian yang menjadi identitas daerah, sekaligus keunggulan SMK tersebut.
“Kita syukuri karena peserta didik mengambil kompetensi keahlian ini (bidang pertanian), walaupun di sisi jumlah ada pengurangan, penurunan minat. Ini harus jadi perhatian dan tantangan karena di Pacet ini selain wisatanya, pertanian juga harus dipertahankan,” pesannya.
Sementara itu, di SMAN 1 Bandung secara konsisten menggelar Festival di sekolah. Festifal kali ini, disebut “Healthy Starts: Crafting a Bright Future”, yang merupakan Firstival tahun kedua dengan berbagi rangkaian edukasi pada anak didik.
Ketua Pelaksana Firstival 2024, Callista Fayyaza Riandi menjelaskan, isu utama yang diangkat pada Firstival tahun ini adalah stunting dan kekerasan pada anak. Namun, semua dikemas dengan menyenangkan.
Selain pemberian materi, para anak yang berasal dari beberapa rumah asuh di Kota Bandung tersebut mengikuti tiga kelas talenta, yaitu kelas eksplorasi, sensorik, dan kesehatan.
“Anak-anak tahun ini lebih muda dari tahun lalu, sangat cerita, aktif, dan mereka sangat terlihat ingin tahu banyak hal,” ungkapnya.
Fristival, tuturnya, lebih dari sekadar berbagi. Selain memberi edukasi sambil bermain, ini juga menjadi ajang bagi generasi muda terlibat dalam menyiapkan masa depan generasi selanjutnya.
“Jika tidak memberi bantuan secara materiel, ada yang berdonasi barang, buku-buku, ngajak ngobrol, dan beraktivitas lewat permainan, itu sangat ngebantu mereka,” tutur siswa kelas XII tersebut.
Ia meyakini, jika generasi mendatang hadir dari lingkungan yang bahagia, berilmu, dan jauh dari stunting, itu akan memberikan kehidupan yang cerah untuk anak.
Selain kegiatan hari ini, pihaknya juga sudah melaksanakan berbagai program pra-event, seperti penggalangan donasi dan membuka kelas sosial bagi ibu-ibu dan anak-anak.
Kepala SMAN 1 Bandung, Tuti Kurniawati pun mengapresiasi konsistensi para siswa dalam penyelanggaraan program amal tersebut.
“Artinya, iklim inklusif di sekolah sudah tumbuh, kemudian rasa empati, jiwa peduli, berbagi juga sudah tumbuh. Saya apresiasi semangat mereka yang sudah sibuk dari bulan lalu untuk menyiapkan donasi dan sponsor agar bisa berbagi dengan anak-anak dari rumah asuh,” ungkapnya.
Ia berharap, Firstival bisa meresonansi kebaikan kepada siswa lainnya, khususnya untuk siswa SMAN 1 Bandung dan juga seluruh siswa yang ada di Jawa Barat.
“Mudah-mudahan ini bisa menyebarkan dan meresonansi kebaikan yang sudah kita lihat, untuk menjaga dan menumbuhkembangkan iklim inklusif di sekolah,” pungkasnya. (Har/disk)