Aneh tenan alur berpikiran Susanti, (40 tahun) dari ‘kota pahlawan’ Surabaya ini. Hanya karena sperma suami terasa encer, langsung memvonis bahwa bapaknya anak-anak baru saja ‘menyemprot desinfektan’ alias berbuat mesum dengan wanita lain. Mungkin lagi teringat pendemi corona, tanpa pikir panjang dan minta pertimbangan orang lain, langsung saja Junardi, 45, digugat cerai di Pengadilan Agama.
Di Jakarta tahun 1970-an banyak radio swasta beriklan tentang obat kuat lelaki. Maka sinshe Hongkong Om Lie Va kala itu lewat radio P2SC beriklan, “Sinshe Hongkong Oom Lie Va menyembuhkan penyakit: air mani encer, keputihan dan heran-heran. Jadi seperti iklan di radio sekarang, ada promosi soal susu kuda liar, paranormal
mengaku sudah berpuasa pati geni 40 hari dikubur dalam tanah.
Susanti warga Surabaya, merasa punya masalah dengan sperma suaminya. Biasanya kental, kok belakangan jadi encer layaknya cairan desinfektan yang disemprotkan pemkab/pemko di musim corona. Sebagai wanita yang haus birahi, Susanti merasa dirugikan dengan kondisi air bibit kehidupan tersebut. Kalau bubur encer, dikasih kuah, kerupuk dan sate ampela jadi sedap. Lha kalau…
Meski usia sudah merambat di atas kepala empat, Susanti memang masih menganggap seks sebagai panglima. Setiap hari dia masih minta pelayan purna ranjang, ditambah layanan plus-plus. Waddau…
Karena itulah dia selalu tahu perkembang kwalitas sperma sang suami, Junardi tersayang.
Lalu bagaimana Junardi harus mempertahankan keperkasaannya, agar tetap rosa-rosa macam Mbah Marijan? Dia memang harus banyak mengasup makanan bergizi, kaya akan serat dan karbohidrat. Tiap hari selalu makan telur ayam, minum madu Sumbawa.
Tak lupa juga minum jamu temulawak campur kunyit, layaknya pasien isolasi corona. Dengan cara demikian Junardi bisa selalu siap untuk kerja, kerja, dan kerja. Setidaknya bisa work from home, anjuran pemerintah!
Tapi entah kenapa, beberapa hari lalu Susanti merasa kecewa akan pelayanan suami. Beda dengan biasanya, sperma suaminya kali ini terasa encer. Lalu yang santan kentalnya ke mana?
“Pastilah dia habis selingkuh dengan wanita lain.” pikirnya dalam hati. Bukan hanya pikirnya, karena saat itu juga dia minta klarifikasi pada suami.
Meski kaget atas tuduhan istri, tapi Junardi bersikukuh dalam keterangannya bahwa tidak pernah berbuat selingkuh dengan siapapun, di manapun dan kapanpun. Dia mengaku sebagai suami yang loyalis pada istri. Tak terbesit dalam pikirannya untuk ‘buka cabang’!
Bagi Junardi, satu istri cukup, wong ya nggak pernah dimakan rayap ini. Jelas jawaban suaminya tak memuaskan. Dia tetap menganggap bahwa suami tidak jujur, menciptakan kebohongan publik. Maka dia diam-diam konsultasi pada seorang pengacara, yang nantinya akan mengurus perceraiannya.
Ternyata sang apukat–kalau advokat itu buah untuk ramuan es–malah meluruskan pendapat calon kliennya.
“Mbak Santi, sperma suami encer bukan karena dia habis selingkuh, bisa saja kondisi tubuh tidak fit. Apalagi ini musim pandemi corona, bisa setress dan pusing tujuh keliling,” saran sang advokat.
Tapi Susanti tak peduli, karena dia lebih percaya pada naluri batinnya. Maka hari berikutnya benar-benar dia mendaftarkan perceraiannya ke Pengadilan Agama Surabaya.
Dan sang pengacara pun terpaksa mendampinginya, meski dalil yang dimiliki kliennya tak masuk akal.
Hassur bah, sega rusakna!!! (Psk)
