Medan, POL | Kasus dugaan pembunuhan bocah yang mayatnya ditemukan dalam karung di sungai di Deli Serdang, Sumatera Utara, mulai menemui titik terang. Terduga pelaku ditangkap polisi.
“Benar (pelaku ditangkap),” kata Kapolresta Deli Serdang Kombes Yemi Mandagi saat dimintai konfirmasi, Minggu (30/8/2020). Yemi belum menjelaskan identitas terduga pelaku dan kronologi penangkapan. Dia mengatakan penjelasan lebih lanjut bakal disampaikan lewat konferensi pers.
“Nanti akan kami rilis,” ucapnya. Diketahui, mayat tersebut ditemukan di Sungai Desa Sei Merah, Tanjung Morawa, Deli Serdang, pada Rabu (19/8). Penemuan mayat berawal saat warga di sekitar
lokasi mencium bau busuk dan melihat ada karung goni.
Kemudian, warga melihat kepala mayat yang keluar dari goni. Wajah mayat tersebut sudah setengah hancur. Setelah diselidiki, identitas mayat tersebut akhirnya terungkap dari sidik jari.
“Berhasil mengidentifikasi mayat Mr X dengan cara membandingkan jari tengah tangan sebelah kiri dari ijazah milik Nick Wilson dan jari tengah tangan sebelah kiri milik mayat Mr X memiliki 13 titik persamaan,” Kasat Reskrim Polresta Deli Serdang Kompol M Firdaus dalam keterangannya, Sabtu (22/8).
Nick disebut sempat hilang selama 4 hari sebelum ditemukan tewas dalam karung. Bocah tersebut diduga sebagai korban perampokan sebelum dibunuh.
Berhasil Bujuk Pelaku
Sementara itu, Kepala Desa Tanjung Siporkis Kecamatan Galang Kabupaten Deliserdang, Tono turut membantu polisi mengamankan Masri. Masri diduga menjadi pelaku pembunuhan terhadap siswa SMP Negeri 2 Galang, Nick Wilson alias Dimas warga Desa Ujung Rambe Kecamatan Bangun Purba.
Ia berhasil membujuk pelaku agar bisa menyerahkan diri ke polisi. Masri merupakan warga Desa Tanjung Siporkis. “Dia tinggal di Dusun I. Dia kami jemput kemarin. Setelah kejadian dia melarikan diri ke daerah Mandailing Natal,” ujar Tono, Minggu (30/8/2020).
Dikatakannya, di kawasan Madina, Masri tinggal di daerah perkebunan. Di sana dirinya bekerja membabat rumput. Sudah dua pekan lamanya dirinya melarikan diri dari kampung. ” Di sana tinggal dia di barak.
Kalau istri dan anaknya katanya, saya tanyain ikut sama mertuanya. Cuma saya enggak tau di mana rumah mertuanya,”kata Tono. Masri, katanya, banyak dikenal warga desa. Hal ini lantaran ia merupakan anak dari seorang seniman kuda kepang. Setelah kejadian ini orang tuanya pun ikut diperiksa oleh polisi.
“Ya waktu dia nelpon saya tiba-tiba tanya cemana ya pak Kades. Kadang manggil saya bapak, kadang juga abang. Saya bilang kasihan orangtua mu. Bapakmu diperiksa-periksain polisi dan ibumu juga sekarang sakit.
Dia menyesali perbuatannya dan minta dirinya dijemput. Makanya saya ikut bersama polisi karena katanya kalau saya enggak ikut dia enggak mau,” pungkas Tono. (cos/d/tr)







