Tobasa, perjuanganonline | Prospek usaha peternakan ayam petelur sangat terbuka lebar di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa).
Pasalnya, konsumsi telur di daerah tersebut sangat banyak. Sesuai data yang dihimpun dari Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi UKM (Perinkop) Kabupaten Tobasa, tercatat konsumsi terlur di daerah itu mencapai 2.000 ton pertahun.
“Ini masih konversi 8 butir setiap orang per tahun. Jadi kemungkinan besar konsumsi telur di daerah kita lebih dari jumlah itu,” tutur Kadis Perinkop Marsarasi Simanjuntak SP didampingi Sekretaris Disperinkop Manuntun Sagala di ruang kerjanya, Senin (8/10/2018).
Menurutnya, usaha ternak ayam petelor masih berpeluang besar di daerah itu. Di mana selama ini pasokan telur di pasar-pasar wilayah Tobasa didatangkan dari luar daerah. Maka dengan asumsi biaya produksi usaha ternak ayam petelur sama dengan usaha luar daerah, maka biaya ongkos pemasaran dapat lebih murah. Kelebihan biaya ongkos pemasaran tersebut dapat menjadi tambahan untung.
“Atas dasar analitas tadi, maka jelas bahwa usaha ternak ayam petelor ini berpelung besar di daerah kita,” kata Manuntun.
Manuntun menjelaskan, jika warga berminat, dapat berkonsultasi ke Disperinkop, baik mengenai sisi usaha, juga solusi modal.
“Sekarang kemauan dulu. Jika ada kemauan, kita bisa bina, arahkan. Termasuk mengenai modal usaha dari KUR,” terangnya.
Disinggung tentang proses usaha ternak ayam petelur, katanya dapat diawali dengan modal tidak terlalu banyak.
“Dalam skala sedang dengan modal Rp50 juta, sudah dapat membudidayakan 500 ekor ternak ayam petelur. Pada usia 6 bulan sudah mulai panen. Dengan perawatan yang baik, dapat berproduksi dari usia 6 bulan hingga 18 bulan ke depan. Setelah habis masa usia produksi, ayam petelur tadi dapat dijual kepasar sebagai ayam daging. Jadi resiko kerugian minim. Yang dapat menyebabkan kerugian, hanya masalah penyakit. Justru itu perlu perawatan yang baik,” tandasnya.(P03/NT/PJ)