• Redaksi
  • Hubungi Kami
Selasa, 14 Oktober 2025
perjuanganonline.com
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto
No Result
View All Result
perjuanganonline.com
No Result
View All Result
Home Daerah

Abaikan Keterwakilan Etnis, Pelantikan Eselon II dan III Pemprovsu Mengundang Kecemburuan Sosial

Editor: Editor
Rabu, 22 Februari 2023
Kanal: Daerah

Editor:Editor

Rabu, 22 Februari 2023
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram

Medan, POL | Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi melantik puluhan  pejabat eselon II dan ratusan eselon III Pemprovsu akhir-akhir ini untuk mengisi jabatan di lingkungan Pemprovsu, Selasa (21/02/2023), di aula Tengku Rizal Nurdin  Jalan Sudirman Medan mengundang kecemburuan sosial.

“Pengangkatan dan pelantikan mengisi jabatan eselon II dan III dinilai tidak mengadopsi keterwakilan etnis sebagai  pemangku adat dan budaya di Sumatera Utara, sangat kita sesalkan,” sebut Kadirun Padang dari Koordinator Lembaga Peduli Masyarakat Pakpak.(LPMP) kepada wartawan di Medan, Rabu (22/02/2023)

Dikatakan Kadirun, walaupun kebijakan itu tidak ada diatur dalam suatu peraturan atau undang-undang,  seharusnya Edy Rahmayadi selaku Gubernur mengadopsi keterwakilan suku dalam mengangkat pejabat eselon II dan III dalam membangun Provinsi Sumatera Utara.

Sebab, Provinsi Sumut ini tidak terlepas dari daerah tanah Ulayat dan etnis, seperti suku Toba dari Taput sekitarnya, Karo di tanah Karo, mandailing dan Angkola di Tabagsel, Melayu di tanah Deli sekitarnya, suku Pakpak di Dairi dan Pakpak Bharat serta suku lainnya.

Suku Pakpak mempunyai dua kabupaten tanah Ulayat yaitu Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat dan juga bernaung di wilayah Pemerintahan Gubernur Sumatera Utara, sehingga putra putri Pakpak ingin diikutsertakan dalam membangun daerah ini. “Tentunya dengan cara diberikan porsi jabatan untuk bisa berkarya sebagai perwakilan etnis, sebagai salah satu pemegang hak Ulayat di Sumatera Utara,” sebut Padang.

Apalagi, sebelum pemerintahan Edy Ramayadi sebagai Gubernur Sumatera Utara kebiasaan keterwakilan sudah dirintis serta dilakukan oleh gubernur pendahulunya, seperti jaman pemerintahan Raja Inal Siregar, HT Rizal Nurdin, Rudolf Pardede, Gatot PN dan T Erry Nuradi.

Minimal, sebut fungsionaris DPP Formadana ini, satu orang perwakilan etnis suku yaitu satu eselon II dan beberapa orang eselon III ada di Pemprovsu mewakili suku, contohnya etnis pakpak. “Pada saat itu jugalah digairahkan kegiatan Forum Komunikasi Lintas Adat (Forkola) Sumatera Utara yang diisi kumpulan perwakilan para tokoh adat di Sumut,” tambah Ketua DPP LSM SIMPARAS ini.

Namun setelah diamati selama Pemprov Sumut dipimpin Edy Rahmayadi, hal yang sudah dirintis gubernur pendahulunya  diabaikan dan tak berlaku lagi, sehingga jargon Sumut Bermartabat hanya sebatas tulisan. “Terbukti sejumlah pelantikan di masa pemerintahan Edy Ramayadi kurang mengadopsi keterwakilan etnis yang ada di Sumut, terutama suku Pakpak,” ungkap Kadirun Padang.

“Selaku seorang Suku Pakpak, saya menilai Gubernur Sumut Edy Ramayadi kurang mencintai atau menganggap tidak ada lagi  suku Pakpak sehingga selama kepemimpinannya tidak pernah putra-putri etnis Pakpak  diberi kesempatan berkarya sebagai jabatan eselon II di Pemprovsu untuk membangun Sumut,” tegas Kordinator Lembaga Peduli Masyarakat Pakpak ini.

Pedahal beberapa orang ASN Pemprovsu putra putri Pakpak berulangkali mencoba mengikuti lelang jabatan di lingkungan Pemprovsu, namun semua kandas dan tak terpilih untuk dilantik oleh Gubsu menjadi salah satu menduduki jabatan eselon II
“Apakah karena orang Pakpak itu miskin atau karena  tidak punya duit atau karena tak mampu SDM-nya, dan kalau masalah SDM saya kira bisa mengimbangi atau setidaknya mengikuti sahabat kita suku lain,” ujar Padang.

Seharusnya, bebernya lagi, jargon Sumut Bermartabat itu betul-betul semua bermartabat dengan melibatkan seluruh suku untuk berkarya membangun Provinsi Sumut agar tak ada kecemburuan. Tapi kalau begini kebijakan Pemprovsu mengangkat pejabat mengisi jabatan, rasanya Sumut kurang Bermartabat.

“Wajar saya beserta orang Pakpak lainnya tidak simpati pada Gubernur Sumut periode sekarang. Padahal kami beserta kawan-kawan memilih pak Edy Rahmayadi pada pilgubsu lalu dan berharap ada kebijakan yang agak  lebih baik pada saat ini,” ungkap Kadirun Padang. (POL/isvan)

Berikan Komentar:
Print Friendly, PDF & Email
Tags: AbaikanKeterwakilan EtnisPelantikan EselonPemprovsu Kecemburuan Sosial
Berita sebelumnya

Safari Jurnalistik PWI Bona Pasogit di SMAN1 Sipoholon, Literasi di Sekolah Harus Dibenahi

Berita selanjutnya

Ketua DPW PSI Sumut Desak Poldasu Usut Tuntas Penganiayaan Kader PSI

TERBARU

Implementasi Gapura Panca Waluya, SMK PPN Lembang Gelar Barak Unggul Pertanian

Senin, 13 Oktober 2025

Bunda PAUD Labuhanbatu Menggelar Carnaval di Car Free Day di Tugu Simpang Enam Rantauprapat

Senin, 13 Oktober 2025

Rico Waas Kunjungi dan Salurkan Bantuan Logistik untuk Pengungsi Banjir

Senin, 13 Oktober 2025
  • Hubungi Kami
  • Redaksi
  • Sitemap
  • Pedoman Cyber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

© Copyright 2020 PERJUANGANONLINE.COM - Mengedepankan Amanah Rakyat All Right Reserverd

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto

© Copyright 2020 PERJUANGANONLINE.COM - Mengedepankan Amanah Rakyat All Right Reserverd