Medan, POL | Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) dan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) diminta melakukan evaluasi terhadap kegagalan atlet pelajar pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XVII di Jakarta yang berakhir pada 10 Nopember kemarin.
Capaian yang diraih para atlet Popnas Sumut tahun 2025, tak sesuai harapan Gubsu Bobby Nasition.
Pada Popnas 2025 Sumut berada di peringkat 13 nasional dengan raihan 4 emas, 13 perak, dan 20 perunggu Popnas tahun 2019 Sumut berada diurutan 11 dan peringkat 10 nasional di Palembang Sumatera Selatan 2023 dengan 8 emas, 11 perak dan 10 perunggu
“Hasil yang dicapai seluruh cabang olahraga PPLP akan menjadi bahan evaluasi, sehingga prestasinya meningkat pada pelaksanaan kegiatan selanjutnya”, kata pengamat olahraga Syawal Rifai dalam diskusi olahraga di Medan, Senin malam
Seperti diketahui Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution, berharap kontingen daerah ini bisa meraih prestasi terbaik di ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XVII 2025. Bobby Nasution juga berharap capaian prestasi tahun ini lebih baik dari Popnas 2019 dan 2023.
Bobby Nasution meminta para atlet Sumut harus memiliki mental juara dan pejuang sekaligus bisa mengerahkan semua kekuatan saat bertanding.
Dia juga memastikan, pemerintah akan tetap komitmen memberikan penghargaan kepada mereka baik atlet dan pelatih yang sukses persembahkan medali.
“Kalau Popnas 2019 Sumut berada di peringkat 11, kemudian Popnas 2023 peringkat 10, kalau bisa tahun ini meningkat lagi di atas capaian tersebut. Apalagi, bonus menanti dan akan kita siapkan di 2026,” menirukan ucapan Bobby Nasution pada pelepasan kontingen Sumut di Aulia Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Sumut, Kamis (30/10/2025) lalu.
Namun lacur terjadi, prestasi atlet pelajar jauh dari memuaskan. “Evaluasi pada atlet dan manajemen internal sangat penting untuk mengetahui apakah orang-orang yang duduk di teknis-teknis persiapan atlet, sudah bekerja sesuai dengan aturan atau belum.
Tak hanya itu, Kadis juga diminta turun langsung ke setiap cabang olahraga PPLP, dan akan memanggil semua penanggungjawab cabang olahraga Popnas, untuk mengetahui pasti apa yang menjadi hambatan sehingga tidak mampu berbuat banyak di pentas nasional.”, pinta pria yang juga duduk sebagai pengurus di beberapa cabor.
Pada Popnas 2025 berlangsung di Jakarta mulai 1 hingga 10 November, Sumut total berkekuatan 249 orang, terdiri dari 177 atlet, 36 pelatih, 16 official, 14 pendamping, serta 6 tim kesehatan.
Sumut mengikuti 17 cabang olahraga, yakni sepak bola, renang, atletik, angkat besi, wushu, panahan. Kemudian senam, tinju, Judo, taekwondo, karate, pencak silat, panjat tebing, gulat, bola basket, tenis lapangan, balap sepeda.
Hasil inipun menjadi cerminan sia-sia dalam penggunaan anggaran dari APBN dan APBD dalam menjalankan program pembinaan atlet mengingat perjalanan menuju Pekan Olahraga Provinsi Sumatera Utara (Porprovsu) waktu terus berjalan.
Padahal persiapan diketahui para pemerhati olahraga daerah ini sudah jauh-jauh hari dilakukan di Pusat Pembinaan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Sumut dan di Pusat Pelatihan dan Latihan Daerah (PPLD).
Rasa prihatin ini harus disikapi serius setiap pengprov olahraga yang mana menyerahkan para atlet untuk dibina di PPLP dan PPLD Sumut harus benar-benar atlet dan bukan karbitan.
Jadi karena prestasi atlet pelajar Sumut menurun inilah, beberapa pemerhati olahraga daerah ini berkumpul di Aksara Kuphi, Senin (10/11/2025) membahas guna mencari solusi dan apa penyebab bisa keluar dari 10 besar, mengingat bagaimana saat menghadapi Porprovsu yang tak lagi ditemukan atlet muda asal jadi.
Seperti dua mantan Ketua SIWO PWI Sumut, SR Hamonangan Panggabean, Ariadi, mantan pengurus SIWO PWI Sumut, Syawal Rifai Malau, Ayub Kesuma Siregar dan ditambah dua pemerhati olahraga daerah ini, Husni Lubis, Isvan Wahyudi serta pengurus SIWO PWI Sumut priode sekarang, Pujianto tampak serius membahas soal kegagalan daerah ini bertahan diposisi 10 besar nasional.
SR Hamonsngan Panggabean mengatakan, dengan kegagalan Sumut bertahan diposisi 10 besar, sudah seharusnya kita mengetahui sejauh mana pola perekrutan atlet yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
“Sebab dua tahun belakangan ini kalau tak salah, perekrutan baik pelatih dan atlet tidak pernah lagi melibatkan media. Jadi bisa saja seperti membeli kucing dalam karung,” kata Monang yang diaminkan Ariadi.
Anehnya lagi tambah Monang, kalaulah efesiensi kenapa beberapa waktu lalu, ada yang menawarkan masih bisa diberitakan di media soal perekrutan atlet yang akan dibina di PPLP Sumut.
“Ada apa, apa karena sudah mau tutup tahun mengingat sisa anggaran belanja masih ada agar tak dipulangkan ke negara?,” ucap Monang lagi.
Untuk itulah, Ayub Kesuma lebih menginginkan diadakan pertemuan dengan pihak Disporasu dan pengprov olahraga agar para wartawan bisa mengetahui sejauh mana benar atau tidaknya tatacara perekrutan pelatih dan atlet.
Sedangkan Husni Lubis msngatakan, dari pembahasan tersebut, ia lebih memilih dilakukan pemantauan setelah itu dilakukan evaluasi kinerja lalu harus dilibatkan wartawan olahraga sebagai pemantau atlet dari setiap cabor yang masuk dalam program pembinaan baik jangkat pendek dan panjang.
“Tak ada yang bisa asal kita bangun lesepakatan bersama untuk sebuah kemajuan olahraga daerah ini kedepan,” kata Husni mengakhiri. (Isv)







