Bercerai dan proses pisah ranjang bekalangan ini bisa jadi terbilang mudah. Tak perlu menunggu sponsor perceraian atau proposal diajukan segala. Tinggal bilang, “Cerai saja, memangnya lelaki cuma Tukidi?”, maka tahapan proses perceraian bisa dimulai. Tapi gara-gara ini, Tukidi tega membunuh Tumini (42), dan mayatnya dibuang ke kali Kesesi, Pekalongan. Sungguh tragis!
Orang Betawi terkenal sayang sama mantu, apa lagi menantu lelaki yang mengerti akan selera mertua. Tapi sebetulnya setiap mertua sayang sama menantu, asalkan mampu membahagiakan anaknya. Dan tak semua menantu bisa berbuat demikian. Malah di era gombalisasi ini, banyak sekali mantu yang pekerjaannya petantang-petenteng doang, gara-gara mengandalkan warisan mertua kelak.
Tukidi (30), warga Watukumpul Kabupaten Pemalang, tak sampai sebegitunya. Kekayaan mana yang bisa diharapkan olehnya, wong daftar harta mertuanya juga tak pernah masuk LHKPN KPK. Hanya saja Tumini ini tidak kaya harta tapi kaya akan kata-kata, dia mampu mempengaruhi anak sendiri, Tumina (20), agar bisa meninjau ulang perkawinannya versus Tukidi yang sudah berjalan nyaris setengah dekade alias 5 tahun itu.
Kalau dipikir-pikir seperti almarhum Basuki pelawak, sebetulnya yang salah juga Tukidi sendiri. Satu pelita berumahtangga, pertumbuhan ekonominya stagnan di kisaran 5 persen melulu. Padahal janjinya dulu saat kampanye pacaran, nanti akan meningkat jadi 7 persen. Bahkan hingga double digit setelah menjadi suami Tumina, anak Tumini. “Setelah ada kamu, hidupku makin bersemangat,” kata Tukidi waktu itu.
Tapi itu duluuuu……! Setelah berhasil mendapatkan Tumina dan punya anak, semangat Tukidi tidak semakin menyala-nyala, justru meredup. Pekerjaannya hanya serabutan mocok-mocok, sehingga penghasilannya tak stabil. Bahkan grafiknya cenderung menurun. Apalagi setelah ada Corona, penghasilan nyaris hilang, sehingga biaya rumahtangga sehari-hari banyak minta bantuan mertua atau keluarga Tukidi sendiri.
Hal ini membuat sang mertua tak berkenan. Saking jengkelnya pada Tukidi yang lebih banyak di rumahnya, work from home, ketimbang bekerja cari uang, Tumini tega memprovokatori Tumina agar minta cerai pada suami. “Kamu kan masih muda, cari suami pengganti juga bisa. Buat apa bela-belain Tukidi, memangnya lelaki hanya dia,” begitu kira-kira provokasi Tumini saat jadi sponsor, tanpa menunggu proposal segala.
Entah siapa penerusnya, kok Tukidi jadi tahu ucapan mertua nan sengkring itu. Dasar menantu gile, bukannya menyadari akan kelemahan sendiri, tapi malah jadi dendam pada Tumini. “Mertua cap apa itu, kok malah mengajari anaknya minta cerai,” sebut Tukidi menyerapah.
“Udah lah Bleh, pecat saja dia sebagai mertua,” kata setan membisiki Tukidi nempel di
telinganya, lupa akan jaga jarak minimal 1 meter.
Beberapa hari lalu tengah malam menjelang sahur, Tukidi menyelinap ke rumah mertua bagaikan anggota densus menyergap teroris. Kebetulan Tumini baru masak di dapur langsung saja dibacok golok dari belakang tanpa sempat mengaduh. Jenazah mertua langsung dimasukkan ke karung dan atas bantuan temannya, dengan sepeda motor mayat itu dibuang ke kali Kesesi Pekalongan.
Menghilangnya Tumini dengan jejak darah berceceran, ditambah jerit tangis dua cucunya yang masih balita, segera muncul dugaan pembunuhan. Ditilik riwayat hubungan menantu dan mertua, polisi langsung menaruh curiga pada Tukidi. Dan ternyata benar!
Sedangkan mayat Tumini ditemukan 2 hari kemudian berjarak 7 Km dari tempat pembuangan. Kini Tukidi bersama sahabatnya ditahan di Polres Pemalang. Tukidi bisa diancam ‘sekolah’ 20 tahun di dalam sel penjara.
Dan Tumina pun bakal cerai penjara gara-gara kekejaman suami.(Psk)







