Medan, POL | Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dilaporkan sempat dilarikan ke ruang perlindungan bawah tanah (bunker), ketika massa pengunjuk rasa kematian warga kulit hitam, George Floyd, mengepung Gedung Putih pada Jumat pekan lalu.
Seperti dilansir, Senin (1/6), menurut sumber peristiwa itu terjadi pada Jumat (29/5) malam. Sumber mengatakan para ajudan membawa Trump ke bunker dan berlindung selama satu jam. Setelah itu Trump dibawa ke ruangannya ketika situasi sudah terkendali.
Mereka juga membawa ibu negara, Melania, dan anak bungsu Trump, Barron, ke bunker. “Jika status keamanan di Gedung Putih sudah mencapai merah, maka presiden harus dipindahkan ke Pusat Operasi Darurat (EOC). Melania Trump, Barron Trump dan seluruh anggota keluarga presiden juga harus dipindahkan,” kata sumber itu.
Menurut laporan The New York Times, Trump memuji tindakan Pasukan Pengamanan Kepresidenan AS (Secret Service) terhadap kondisi pada saat itu. Aparat kepolisian dilaporkan berhasil memukul mundur dan membubarkan para pengunjuk rasa yang berada di depan Gedung Putih.
Secret Service juga menyarankan kepada para pegawai Gedung Putih untuk menyembunyikan terlebih dulu tanda pengenal mereka saat menuju tempat kerja atau pulang, dan baru diperlihatkan di depan pintu masuk. Imbauan tersebut disampaikan melalui surat elektronik dengan alasan untuk mewaspadai kondisi yang terjadi saat ini.
Sebab, hari ini massa kembali berkumpul di Washington D.C., menggelar aksi keprihatinan. Sebanyak 40 kota dan 15 negara bagian di AS saat ini menerapkan jam malam untuk meredam gelombang demonstrasi. Bahkan di beberapa kota, pemerintah setempat meminta bantuan kepada korps pasukan Garda Nasional untuk membantu pengamanan bersama-sama polisi.
Kelompok peretas Anonymous mengunggah video berisi ancaman akan membongkar kejahatan yang dilakukan anggota Kepolisian Minneapolis, Minnesota, terkait dengan kematian George Floyd yang memicu aksi demonstrasi dan kerusuhan di sejumlah daerah di AS.
Floyd meninggal setelah mengalami tindak kekerasan oleh anggota Polsek 3 Minneapolis, dengan dalih melawan ketika ditangkap pada 25 Mei lalu.Petugas kepolisian Minneapolis, Derek Chauvin, yang menekan leher Floyd dengan lutut saat penangkapan hingga tersangka kehabisan napas dijerat dengan sangkaan pembunuhan tingkat tiga.
Kasus Floyd memicu aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan dan penjarahan di Minneapolis, Atlanta, San Francisco, Miami, dan Denver. Kasus tersebut saat ini ditangani langsung oleh Kepala Kejaksaan Minnesota, Keith Ellison.
“Kami akan menegakkan keadilan seadil-adilnya,” kata Ellison.Ellison menyatakan berterima kasih kepada kantor Kejaksaan Hennepin atas kerja sama dalam kasus tersebut. Selain itu, Kepolisian Minneapolis juga memecat dua anggotanya yang dinilai melakukan tindakan berlebihan saat menangani demonstrasi.
Trump : Antifa Perusuh AS
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuding kelompok Antifa sebagai pelaku kerusuhan dalam momen protes terhadap kematian George Floyd. Apa dan siapa kelompok Antifa itu?
“Kekerasan dan vandalisme dipimpin oleh Antifa dan kelompok-kelompok sayap kiri radikal,” kata Trump menyusul malam penjarahan dan pembakaran yang meluas di Minneapolis, dilansir AFP, Minggu (31/5).
Sebagaimana diketahui, dalam spektrum politik AS, sayap kanan berisi kelompok konservatif pro-kapitalisme dan anti-komunis, dan diasumsikan pro-Republikan.
Sedangkan sayap kiri berisi kelompok progresif, sosialis, dan anti-kapitalisme. Banyak sekali varian ideologi dalam peta politik kiri jauh hingga kanan jauh, termasuk yang cenderung berada di tengah (sentris/moderat).
Siapa pemimpinnya?
Kelompok Antifa tidak memiliki pemimpin resmi atau markas resmi. Meski begitu, kelompok Antifa di beberapa negara bagian di AS sering menggelar pertemuan rutin.
Antifa cenderung lebih tepat disebut sebagai gerakan ketimbang disebut sebagai kelompok. Dilansir The New York Times, Antifa adalah gerakan dari para aktivis yang pengikutnya berbagi filosofi dan taktik yang sama, yakni taktik perlawanan terhadap kelompok sayap kanan.
Soal sifat rusuh
Antifa mendukung kelompok-kelompok tertindas dan menentang penimbunan kekayaan oleh korporasi atau para elite. Beberapa kelompok Antifa menerapkan cara militan untuk menyampaikan pesan mereka.
Reputasi kerusuhan mereka di AS terkadang mengakibatkan korban jiwa. Pada Agustus 2017, kelompok mereka muncul di Charlottesville, Virginia, mengutuk rasisme.
Demo mereka mendapat reaksi dari kelompok nasionalis kulit putih yang melawan perobohan patung Jenderal Robert E Lee. Aksi massa menjadi rusuh saat anggota Antifa bernama James Fields menabrakkan mobilnya ke kerumunan demonstran, dalam aksi itu perempuan bernama Heather Heyer tewas.
Anggota Antifa yang diwawancarai, Crow, mengatakan kekerasan yang dilakukan kelompoknya adalah bentuk mempertahankan diri. Adapun kerusakan properti yang ditimbulkan oleh kelompoknya disebutnya bukanlah kekerasan.
“Yang mereka lakukan saat ini tidak cuma menonjol lewat aksi kerusuhan dalam demonstrasi yang menjadi sorotan luas, namun juga menjangkau hingga pertemuan-pertemuan kecil, dan lewat jejaring sosial untuk memupuk kaum progresif yang kehilangan haknya yang sampai saat ini berlangsung damai,” kata direktur Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme Universitas Negeri California, Brian Levin.
Dilansir BBC, kelompok Antifa kadang juga melakukan ‘doxxing’, yakni penyebaran informasi pribadi dari musuh mereka di dunia internet.
Generasi Antifa di AS saat ini dilaporkan berisi anak-anak muda. Mereka adalah kelompok pemilih pemula. BBC mengabarkan, demonstran Antifa juga terdiri dari kaum perempuan.
Kadang susah dibedakan demonstran mana yang berasal dari kelompok Antifa dan yang bukan. Namun, beberapa kelompok Antifa yang mengenakan pakaian hitam-hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki bisa disebut sebagai ‘Black Bloc’.
Antifa melawan rasisme, homofobia, xenofobia, otoritarianisme, serta melawan kelompok elite dan pemerintahan. Mereka juga melawan elite yang mengontrol media.
Dilansir BBC, musuh Antifa adalah kelompok sayap kanan alternatif. Isi kelompok ‘alt-right’ itu adalah neo-Nazi, neo-fasisme, kelompok rasis dan supremasi kulit putih. Antifa cenderung anti-pemerintahan Donald Trump.
Awal mula
Sejarah Antifa cukup tua. Bibit-bibit kelompok anti-fasis ini terlacak hingga era Nazi di Jerman. Pada era ’80-an, muncul Aksi Anti-Fasis di Inggris.
Dilansir BBC, Antifa di era AS modern memulai gerakannya pada era ’80-an, nama kelompoknya saat itu adalah Anti-Racist Action (Aksi Anti-Rasis). Kelompok itu melawan kelompok skinhead neo-Nazi di pertunjukan-pertunjukan musik punk di kawasan barat-tengah AS.
Pada awal 2000-an, gerakan Antifa sempat terhenti hingga munculnya Donald Trump dan kelompok sayap kanan alternatif (alt-right).(cnn/dtc)







