Medan, POL | Beredar video detik-detik warga temukan dua orang bocah tidak bernyawa di areal Global Prima National Plus School di Jalan Brigjend Katamso, Minggu (21/6/2020) sekitar pukul 08.30 WIB.
Melalui video berdurasi 36 detik, satu orang korban yang tewas diangkat warga dari dalam parit areal sekolah Global Prima.
Menurut salah seorang warga yang sering dipanggil Mamak, bahwasanya korban bernama Ikhsan Fatilah (10) dan Rafa Anggara (5) warga Jalan Brigjen Katamso, Gang Satria, Kecamatan Medan Kota.
“Katanya kejadiannya itu semalam. Di dalam areal sekolah,” ucap Mamak, Minggu. “Cuma, kami warga sekitar, enggak ada mendengar suara apa pun,” sambungnya.
Disebutkan Mamak, pelaku merupakan ayah tiri dari kedua korban bernama Rahmadsyah, seorang kuli bangunan yang sedang bekerja di Global Prima National Plus School.
“Dia lagi nukang di sini. Datang lah anaknya dua orang itu. Katanya minta beli Ice cream. Mungkin, kesal dengan permintaan anaknya, dibenturkannya kepala anaknya itu ke dinding,” ungkapnya.
Dikenal Rajin Belajar
Kabar penemuan jenazah dua bocah di area Global Prima National Plus School Medan menimbulkan kesedihan dan rasa iba oleh beberapa pihak yang mengenal dekat kedua korban, Ihsan (10) dan Rafa (5).
Di antaranya Ulfa Juliyanti yang menjadi guru dua bocah tersebut di pondok belajar Sanggar Anak Sungai Deli (Sasude) sejak 2019 lalu. Ulfa mengaku terkejut begitu mendapat kabar kematian dua muridnya tersebut.
“Terakhir jumpa itu malam Jumat ketika ada kegiatan mengaji. Pertama kali dapat kabar dari abang komunitas, bang Lukman. Awal dengar pasti syok, tidak menyangka baru berjumpa kini sudah tidak bisa berjumpa lagi untuk selamanya,” ungkap Ulfa di Medan, Minggu (21/6/2020).
Ulfa menuturkan, sosok Ihsan dan Rafa dikenal sebagai anak yang aktif belajar. Selain itu, keduanya suka bercanda dengan teman sebaya mereka di sela-sela belajar di Sasude.
“Mereka ini anaknya baik-baik, patuh kalau disuruh, dan lugu. Dulu mereka juga suka ngadu seperti ejek-ejekan sama anak-anak lain, biasalah namanya juga anak-anak. Mereka juga suka bercanda sama yang lain, ya sewajarnya anak-anak,” ungkap Ulfa.
Selayaknya saudara, Ihsan dan Rafa dikenal sebagai sosok saling menyayangi. Ulfa mengenang hal yang berkesan saat melihat dua bocah tersebut.
“Jadi pas sewaktu mengaji, Ihsan gemas sambil mencubit pipi adiknya. Ini hal yang menunjukkan jika dia sangat sayang kepada adiknya. Itu yang berkesan ketika saya melihat tingkah mereka. Dia sayang sekali dengan adiknya. Sampai saat mereka berantam itu dia selalu mengalah, gak pernah memukul adiknya,” kenang Ulfa.
Rafa dan Ihsan selalu pergi berdua tanpa diantar ataupun dijemput dengan berjalan kaki untuk pergi ke sanggar belajar. Ulfa menuturkan bahwa dua bocah ini tipe anak yang tidak suka keluyuran jika tidak berkepentingan.
“Kalau belajar di sanggar biasanya mereka tidak lama-lama sih, biasanya pulang ngaji langsung pulang. Paling juga main bentar abis itu pulang. Tapi kalau setiap ada kegiatan di sanggar mereka selalu aktif untuk ikut,” tutur Ulfa.
Ayah Kandung Berang
Tragedi mengenaskan dialami korban Ikhsan Fatahilah (10) dan Rafa Anggara (5 tahun). Dua bocah warga jalan Brigjend Katamso, Gang Satria, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun ini tewas di tangan ayah tirinya.
Kedua bocah malang ini ditemukan tak bernyawa dengan sejumlah luka dari dalam parit dan sudut lorong gedung Sekolah Global Prima, Jalan Brigjend Katamso, Medan, Minggu (21/6/2020) pagi.
Keduanya diduga tewas ditangan pelaku bernama Rahmadsyah akibat dianiaya hingga meninggal oleh ayah tirinya. Tak pelak Muhammad Arif (32), ayah kandung salah satu korban yakni Ikhsan Fatahilah mengaku berang saat mendengar kabar nahas yang menimpa anaknya.
Arif mengatakan dirinya merupakan suami pertama dari ibu korban. Setelah keduanya lama berpisah, ibu korban memang kemudian diketahui menikah lagi dan memiliki anak kedua.
Hingga akhirnya menikah dengan ayah tiri yang jadi pelaku kasus dugaan pembunuhan ini. “Sangat kesal, penasaran, pengin saja lihat wajah pelakunya kayak mana. Biar cepat ditangkap. Kenapa bisa setega itu, gara-gara dua buah es krim saja,” ucapnya.
Arif menuturkan awalnya tahu kondisi yang dialami anaknya dari mantan istrinya. Dia tak menyangka anaknya jadi korban keganasan ayah tiri. Dia pun mengaku tak mengenal pelaku yang saat ini dikabarkan ayah tiri korban.
“Anak kan tinggal sama ibunya. Minggu pagi saya tahunya dari mantan istri menghubungi ke keluarga. Dikabari, saya langsung datang ke sini. Kok bisa kejadian seperti ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut kata Arif, selain mendatangi tempat kejadian perkara di sekolah Global Prima Medan, dirinya juga sudah mendatang Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Namun saat datang Minggu siang, jenazah korban masih belum bisa dibawa.
Dia pun berharap jenazah korban bisa segera diserahkan pada pihak keluarga untuk dimakamkan. Selain itu sebagai ayah kandung, arif juga berharap pelaku dihukum seberat-beratnya karena telah membunuh anaknya.
“Saya melihat anak saya ke RS Bhayangkara, menunggu hasilnya gimana, namun belum ada bisa dibawa pulang jenazahnya. Harapannya bisa segera diserahkan sama keluarga biar bisa dikuburkan. Pelaku dihukum seberat-beratnya kalau bisa dihukum mati,” pungkasnya.
Tim Khusus Buru Tersangka
Polisi membentuk tim khusus untuk memburu seorang pria berinisial R (30) yang diduga membunuh dua orang anak tirinya di Medan. Tim tersebut terdiri dari personel gabungan Polda Sumut, Polrestabes Medan hingga Polsek Medan Kota.
“Sudah dibentuk tim khusus gabungan oleh Kapolrestabes Medan, Kombes Riko Sunarko terdiri dari Satreskrim Polrestabes Medan dan Polsek Medan Kota di-backup Direktorat Polda Sumatera Utara,” kata Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Martuasah Tobing, kepada wartawan, Minggu (21/6/2020).(Cos)







