Simalungun, POL | Kepergian Putri Margaretti Boru Sinambela (16) Siswi SMA Negeri 1 Pematang Siantar, penduduk Jalan Mangga, Lapangan Bola Bawah Pematang Siantar, menanggung pilu yang dalam bagi ibu korban Boru Sidabutar (51).
“Kami berharap agar Polisi tetap mengusut tenggelamnya putri semata wayangku itu hingga diketahui penyebab kematian yang sesungguhnya. Apalah arti hidupku di dunia ini, setelah 17 tahun lalu putri dalam kandunganku dan ayahnya entah kemana, hingga kami bercerai semasa Putri masih dalam Kandungan,” katanya. D iruang jenazah UGD Parapat, Minggu (22/9/2019).
Ia menuturkan, jasad anaknya masih terbujur kaku di ruang jenazah, tapi mereka sudah ada pihak mengajukan perdamaian, jika tidak anakku tidak bisa kubawa pulang, sehingga mereka sempat tertahan di UGD Parapat ini hampir 3 jam.
Namun akhirnya pihak yang mewakili keluarga Paman si Putri dan pihak pemilik Hotel Jordan Ajibata, membuat kesepakatan dengan pihak sekolah melalui Kepala sekolah SMA Negeri 1 Siantar Bona Sihombing MPd(54). “Jika tidak kami masih menunggu lama lagi, sementara jasad anakku kata perawat itu masih banyak air di dalam perut anakku itu,” kata ibunda Putri boru Sidabutar.
Pilu mendalam disaat mendengarkan raungan tangisan Ibu korban, “Aha Be Inang Nahujambari Namangolu On, Hodo Tondikku, Hodo Gogokku Jala Hodo Ddonganku Boru Hasian, Naburju, Ahama Lapatanku Mangolu Be Putriiiiii molo holan au nama diportibion, ai sugari nian adong adekmu manang ibotom nagabe tinodohomu adongdope lapatanku inang lao mandulo ho tu inganan mi, Tuhan i ma dongan mu da boru, molo au susa na ma rohakku” (sekilas artinya: untuk apalah aku hidup lagi, kaunya segalanaya, putri satu-satunya, seandainya ada adek-adekmu saya akan berusaha kuat untuk mengingatmu, Tuhanlah yang menjadi sahabatmu, kalau aku pupuslah sudah harapanku, hancurlah hatiku)
Tenggelamnya siswi SMA Neg. 1 Pematang Siantar Putri Margaret Sinambela (16) kelas XI IPA 6, juga menjadi pilu mendalam bagi rombongan Siswa SMA Negeri Siantar, yang ikut kegiatan OSIS berjumlah 365 orang dengan rincian laki laki 115 orang dan perempuan 250 orang dipimpin langsung kepala sekolah Bona Sihombing MPd, dan hanya didampingi 19 guru saja.
Kegiatan ini diberi nama Perjusami (perkemahan Jumat Sabtu-Minggu) OSIS bertempat di komplek pantai penginapan Jordan kampung Jambu Kelurahan Parsaoran Ajibata.
Sebelum jenazah dibawa pihak keluarga ke rumah duka di Siantar, ibu kandung korban juga mengeluhkan lambatnya informasi yang diterima pihaknya. Sebab, mereka baru dihubungi kepala sekolah sekitar pukul 23.00 Wib, dari salah seorang guru yang mengaku marga Manurung. “Bu, si Margaretti apa pulang ke Siantar? Dia tidak ada di sekitar kami, kalau begitu inilah pemberitahuan resmi kami kepada keluarga ya,” sehut Manurung melalui selulernya dari Ajibata.
“Ternyata kasus tenggelamnya anakku diperkirakan sudah sejak pukul 14.00 Wib, tapi tidak segera dilaporkan ke pihak Polisi, dan entah mengapa sampai begitu, dan kalaupun berdamai hanya supaya jasad boruku ini bisa kami bawa ke Siantar,” ujar ibunda Putri br Sidabutar. (POL/SN)