• Redaksi
  • Hubungi Kami
Kamis, 23 Oktober 2025
perjuanganonline.com
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto
No Result
View All Result
perjuanganonline.com
No Result
View All Result
Home Daerah

Kisah Pilu Ngadiman alias Pak De, Sudah Buta Diusir Istri dan Anaknya dari Rumah

Editor: Editor
Senin, 13 Juli 2020
Kanal: Daerah

Editor:Editor

Senin, 13 Juli 2020
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram

Asahan, POL | Ngadiman (59) alias pak De kedua matanya mengalami kebutaan akibat terkena abu kotel saat bekerja merawat jalan di tempat penimbangan dan pengumpulan tandan buah sawit (Ramp) Podomoro milik Geng di Aek Kuasan.

Menurut pak De, warga Lingkungan VI Kelurahan Aek Loba Pekan, Kecamatan Aek Kuasan, Kabupeten Asahan ini, kedua matanya tidak dapat lagi melihat sejak tahun 2013 lalu. Awalnya, gara-gara menimbun badan jalan menggunakan abu ketel, pengganti batu padas atau petrun yang tidak datang. Naas baginya saat menuang abu ketel dari angkong matanya terpercik abu ketel, meskipun telah berulangkali dicuci dengan air bersih tetapi masih saja terasa perih dan seperti ada yang mengganjal di dalam kedua bola matanya.

Kemudian oleh teman-teman sesama pekerja di Ram Podomoro, pak De dibelikan obat mata. Setelah diteteskan keluar dari matanya kotaran hitam berupa abu ketel. Setelah 3 hari kemudian mata pak De belum bisa melihat, akhirnya dibawa ke rumah sakit umum (RSU) Kisaran. Diperoleh keterangan dari dokter terkena syaraf mata, tetapi belum bisa dioprasi karena di bola mata pak De terdapat katarak.

“Kata dokter mata saya terdapat katarak masih muda, jadi belum bisa dioperasi,“ terang pak De saat berbincang dengan awak media di tempat pencucian sepeda motor kawasan Jalinsum Pulau Rakyat, Asahan, Minggu (11/7/2020).

Meskipun dalam kondisi mata tidak dapat melihat pak De terus menerus datang ke RSUD Kisaran seorang diri naik mopen (mobil penumpang) dan naik becak untuk sampai tujuan, hanya dengan bermodalkan surat rujukan dari Puskesmas dan surat keterangan dari pemerintah setempat dan sedikit uang bantuan dari pihak perusahaan Ramp Podomoro.

Sayang, usaha pak De untuk sembuh dari kebutaan sia-sia dan tidak membuahkan hasil yang diharapkannya, karena dokter memvonis kedua matanya terdapat katarak yang belum bisa untuk dioperasi hingga sampai kapan waktunya.

“Sudah 10 kali lebih saya ke RSU Kisaran, setiap datang saya harus mempersiapkan banyak surat-surat yang difoto copi, tapi dokter mengatakan mata saya belum bisa dioperasi karena ada kataraknya yang masih muda,“ tutur pak De.

Lebih menyedihkan lagi setelah pak De tidak bisa mencari nafkah, ia diusir oleh istri dan anaknya dari rumah, sehingga terlantar, dan kelangsungan hidupnya hanya mengharap belaskasih orang lain.

“Dari pemberian orang sedikit demi sedikit saya bisa kumpul uang Rp 2 juta, tapi hilang dari kantung celana sewaktu saya tidur di halte pinggir jalan. Rencananya uang itu untuk biaya operasi mata saya bila suatu saat dibutuhkan,“ urai pak De.

Untunglah suatu ketika pak De mendapat tawaran tinggal di rumah yang sekaligus tempat usaha doorsmer sepeda motor dan tempel ban milik salah seorang tetangganya ketika pernah tinggal di Desa Baru, Kecamtan Pulau Rakyat.

“Saya sudah bersyukur bisa tinggal di sini dan tidak pernah kemana-mana lagi, makanpun ada yang hampir setiap hari memberi,” ungkap pak De.

Menurut pak De selama 7 tahun dirinya menderita tuna netra dan tinggal di tempat lain, istri dan anaknya tidak pernah menjenguknya, seolah menutup mata dan hati hingga tega membiarkan seorang suami/ayah yang hidup seorang diri. Sementara jaraknyapun tidaklah begitu jauh.

Pria yang hingga sampai saat ini masih tercatat sebagai warga Lingkungan VI Kelurahan Aek Pekan itu mengaku tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah baik BLT maupun PKH, bahkan bantuan dampak Covid-19 yang konon katanya Rp 600.00 per-bulan dari Kemensos maupun dana desa (DD) juga tidak mendapat.

“Harapan saya mohonlah saya diperhatikan pemerintah, dan sampai saat ini saya masih penduduk Aek Kuasan. Juga terutama akan kesembuhan mata saya ini agar saya bisa kembali normal, dan saya bisa bekerja lagi,” tandas pak De. (POL/PAI)

Berikan Komentar:
Print Friendly, PDF & Email
Tags: Diusir Istri dan AnaknyaKisah PiluNgadiman alias Pak DeSudah Buta
Berita sebelumnya

Masrizal Mandai Terpilih sebagai Ketua, Musda Appsindo Diwarnai Kebulatan Tekad Dukung Rusdi Sinuraya

Berita selanjutnya

Sosialisasi AKB Pada Bagian Humas dan Bagian Umum, Asmum: Humas dan Protokol Wajib Terapkan Protokol Kesehatan  

TERBARU

Pemprov Sumut Tata Ulang Struktur OPD, Tingkatkan Efektivitas Pemerintahan

Kamis, 23 Oktober 2025

Irup Hari Santri Nasional Tahun 2025, Bupati Labuhanbatu Bacakan Amanat Menteri Agama

Kamis, 23 Oktober 2025

Bupati Langkat Syah Afandin Jalin Kerjasama Pendidikan dan Lingkungan dengan Tiga Institusi

Kamis, 23 Oktober 2025
  • Hubungi Kami
  • Redaksi
  • Sitemap
  • Pedoman Cyber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

© Copyright 2020 PERJUANGANONLINE.COM - Mengedepankan Amanah Rakyat All Right Reserverd

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto

© Copyright 2020 PERJUANGANONLINE.COM - Mengedepankan Amanah Rakyat All Right Reserverd