Toba, POL | Tingginya permintaan pupuk tidak sebanding dengan kapasitas produksi pabrik membuat para pengoplos memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan tanpa peduli dengan kerugian para petani.
Program ketahanan pangan (ketapang) yang bersumber dari Dana Desa alokasinya sampai 30 persen dari Dana Desa (DD) dialokasikan untuk program ketapang, sejumlah desa melalui musyawarah desa untuk program ketapang tahun 2024 dialokasikan untuk pengadaan bibit , pengadaan pupuk, pengadaan ternak dan ada sebagian desa mengalokasikan untuk pembangunan sarana fisik.
Untuk tahun 2024 banyak desa mengalokasikan dana ketapang untuk pengadaan pupuk, sulitnya petani mendapatkan pupuk subsidi membuat para petani memilih program ketapang dialokasikan untuk pengadaan pupuk.
Media ini mendapat informasi pupuk palsu diduga beredar di kalangan masyarakat dari salah satu toko pupuk di daerah ini, menurut pemilik toko yang enggan ditulis jati dirinya mengatakan, “Saya heran dari mana desa desa ini mendapat pupuk dengan harga murah , sementara gudang Distributor pupuk yang menaungi 4 Kabupaten kosong, di daerah Tapanuli kosong,” sebutnya.
“Saya menduga pupuk yang mereka dapatkan tersebut merupakan pupuk palsu ( kw) apalagi harga pembelian mereka jauh lebih mura dari harga penjualan kami, biasanya kalau permintaan meningkat sementara barang langka harga barang biasanya sangat mahal, kenapa harga beli mereka justru lebih murah,” sebutnya dengan tanda tanya.
Terkait informasi dugaan beredarnya pupuk palsu di daerah ini, media ini mencoba konfirmasi dengan Plt.Kadis Pertanian Kabupaten Toba, Joni Hutajulu, SP, M.Si mengatakan akan menguji ke Lab, ada organisasi pemerhati pertanian punya alat untuk membuktikan pupuk palsu atau tidak sesuai konfosisi yang tertulis pada kemasan pupuk tersebut.
“Nanti kita hadirkan mereka ke desa-desa yang dicurigai ada pupuk palsu, mereka akan melakukan uji Lab, apakah pupuk yang beredar tersebut komposisinya sesuai unsur unsur zat yang tertulis pada kemasannya,” kata mantan Sekwan Kabupaten Toba itu.
Pupuk SS (Ammophos) merupakan pupuk majemuk yang mengandung komposisi unsur zat 16 % Nitrogen, 20 % Posfat dan 12 % Sulfur sesuai kemasan, kalau tidak sesuai komposisi porsentase unsur yang tertulis pada kemasan, maka pupuk tersebut diduga palsu.
Dari penelusuran media ini di lapangan, ditemukan pupuk SS (Ammophos) warna putih seperti kaca, sementara menurut tokoh pupuk warna pupuk SS (Ammophos) yang asli adalah warna abu rokok, bukan warna putih, sebutnya.
Ketua LSM Katulistiwa Sumatera Utara Demson , ST , mendesak Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Kabupaten Toba untuk melakukan penelusuran informasi dugaan peredaran pupuk palsu tersebut untuk turun ke lapangan karena banyak ditemukan kemasan pupuk sama namun isinya berbeda, sebutnya. (Sogar)