Tarutung, POL | Pihak keluarga dari Safrina (37) bidan desa Si Raja Oloan Siualuompu Kecamatan Tarutung yang meninggal korban tersengat arus listrik pada hari Selasa, tanggal 19 September 2023 hingga saat ini belum menerima santunan kematian atau Bansos dari PT.PLN Tarutung.
“Jangankan memberikan bantuan, untuk menyampaikan kata-kata turut berduka citapun tidak ada. Kami selaku pelanggan PLN yang tergolong setia menganggap Menejer PT.PLN Tarutung sepertinya kurang bijak dan kurang peduli”, ujar Anto Nainggolan kepada media ini saat disambangi di rumahnya, Senin ,(06/11/2023).
Kami berharap pihak PT PLN selaku perusahaan BUMN tergolong perusahaan besar tentu memiliki menejemen yang profesional, termasuk dalam bidang kehidupan sosial kemasyarakatan. “Ini isteri saya sudah korban nyawa, kenapa Menejer PT.PLN Tarutung terkesan kurang berperikemanusiaan”, ujar Anto Nainggolan.
Ayah Anto bernama Binner Nainggolan dengan sapaan Oppu Yohana doli (71) yang mendampingi Anto menambahkan, seminggu setelah peristiwa meninggalnya menantunya tersebut pernah ke kantor PT.PLN Tarutung menanyakan tentang santunan kematian atau Bansos. Namun sangat disesalkan jawaban petugas PLN tersebut bahwa peristiwa yang merenggut nyawa menantunya dikatakan dikarenakan bencana alam.
“Mengapa alam yang dipersalahkan. Sebelumnya kami mengajukan permohonan kepada PLN untuk memasang meteran listrik, dan selanjutnya kami membayar secara teratur”, ujar Oppu Yohana boru Hutabarat (isteri Binner).
Kami dari pihak keluarga memohon kiranya Manajer PT.PLN Tarutung dapat memberikan santunan kematian atau berupa Bansos mengingat masyarakat di Kabupaten Taput sangat terikat dengan adat istiadat.
Sebagaimana diketahui pada hari Selasa, tanggal 19 September 2023 terjadi hujan lebat mengguyur kota Tarutung dan sekitarnya. Guna menghindari hujan lebat, Safrina Pasaribu bersama ibu mertuanya dan seorang anaknya berteduh di gubuk yang hanya berjarak sekitar 800 meter dari rumah mereka. Disitu mereka menanam ubi sambil memelihara ternak.
Pada saat naas itu hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang mengakibatkan atap seng menimpa kabel listrik hingga terputus. Ketika hendak keluar dari gubuk, Safrina memijak atap seng yang telah dialiri arus listrik. Melihat korban yang sudah sekarat, mertua perempuan dan anak korban panik dan segera meminta pertolongan dari warga sekitar. Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Tarutung namun si korban menghembuskan nafas terakhir.
“Jadi pihak keluarga korban kurang menerima jawaban dari PT.PLN Tarutung yang mengatakan peristiwa kematian Safrina dikarenakan faktor alam. Mengapa Manajer PT.PLN Tarutung seperti kurang peduli padahal menantu saya sudah korban nyawa”, ujar Oppu Yohana kesal. (POL/BIN/TON)







