Asahan, POL | Diduga akibat terserang virus Rubella dari lahir seorang bayi perempuan bernama Anindya Syafira yang kini berusia 2 tahun mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak kongenital.
“Anindya mengalami kebutaan katanya akibat terkena virus Rubella sejak lahir, dan perkembangan tubuhnya sangat lambat, di usianya yang sudah dua tahun ia belum bisa jalan, kecuali hanya ngesot atau merangkak,” terang Novi Natalia yang didampingi suaminya Sri Armansyah saat ditemui di rumahnya Desa Sei Piring, Kecamatan Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan, Sabtu (8/12/2019)
Menurut Novi anaknya tersebut sudah pernah dibawa ke rumah sakit Aek Kanopan, keterangan dokter rumah sakit anaknya tersebut mengalami kebutaan dusebabkan katarak. Namun mata Adindya belum bisa dioperasi karena masih bayi menunggu dia sudah besar, dan Adindya juga belum terdaftar sebagai peserta BPJS, karena ayahnya seorang karyawan yang baru bekerja di perkebunan PT. Lonsum Gunung Melayu.
“Adindya terdaftar menjadi peserta BPJS baru bulan Februari lalu (tahun 2019). Sekarang, kami memang sudah bisa mengambil rujukan dari Klinik Kesuma Bangsa (tempat karyawan PT. Lonsum berobat, red), untuk ke rumah sakit umum (RSU) Kisaran, tetapi suami saya belum bisa libur karena cutinya tahun ini (2019) sudah habis,” ungkap Novi yang diamini suaminya Sri Armansyah.
Selain mengalami kebutaan, kata Novi anak ketiga dari tiga bersaudara itu kondisinya sangat lemah, di usianya yang sudah dua tahun ini ia belum bisa berjalan kecuali hanya ngesot atau merangkak.
“Selanjutnya Novi mengatakan sebenarnya Adindya sebulan sekali aktif dibawa berkunjung ke Posyandu Desa Sei Piring, dan diketahui berat badan Adindya di bawah garis merah, sekarang ini hanya 7 Kg,” ungkapnya.
Sejauh ini belum ada pihak pemerintah maupun dinas instansi terkait yang melihat kondisi bayi malang itu. Harapan kedua orang tuanya ada pihak instansi berwenang tergugah hatinya untuk membantu kelancaran rujukan Adindya ke rumah sakit demi kesembuhan penyakit yang diderita bayinya tersebut yang sudah selama dua tahun belum mendapat pengobatan secara optimal. (POL/PAI)