Kongres Kebudayaan Batak Toba akan Digelar di Balige, Membangun Indonesia dari Kebudayaan Batak Toba

Medan, POL | Sejak 2 tahun lalu kami dari program studi (Prodi) Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) dan para alumni serta para pengamat budaya  di Sumut  melihat ada yang mendesak membicarakan budaya Batak. Maka kita akan melaksanakan kegiatan kongres pertama kebudayaan Batak Toba pada tanggal 20-22 Oktober 2022 di Balige dan akan menghasilkan keputusan yang terukur.

“Dengan kongres ini kita akan menghasilkan berbagai keputusan mengenai kebudayaan Batak Toba yang pada akhirnya ikut berpartisipasi membangun Indonesia dari sisi budayanya”, kata ketua Kongres I Kebudayaan Batak Toba Prof Dr Robert Sibarani MS kepada wartawan di Hotel Danau Toba Internasional (HDTI) Medan, Jumat sore (5/3/2022).

Menurut Prof Robert yang juga Ketua Lembaga Penelitian USU itu, hasil kongres I ini akan terukur dan menghasilkan berbagai keputusan mengenai Kebudayaan Batak Toba.

Terkait kegiatan kongres tersebut, panitia pun menggelar press release yang dihadiri Prof Dr Robert Sibarani sebagai ketua, dan Tigor Tampubolon sebagai sekretaris panita.

Kemudian ada juga Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Wahyu Dito Galih Indharto, Kepala Balai Bahasa Sumatera Utara Dr Maryanto MHum, Ketua ProdiSastra Batak Fakulstas Sastra USU Drs Jekmen Sinulingga MHum, dan sejumlah pegiat maupun pemerhati budaya maupun pariwisata.

Prof Robert Sibarani yang mantan Ketua Sekolah Pascasarjana USU itu menjelaskan alasan kenapa kongresnya mengenai budaya Batak Toba. “Karena ada baiknya dimulai dari bagian-bagiannya dulu (Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, dan Angkola). Baru kemudian secara menyeluruh,” katanya.

Artinya, Kongres Kebudayaan Batak dimulai dari Batak Toba. Kemudian lanjut Simalungun, Karo, Pakpak, Angkola. Dan akan berlangsung secara terus-menerus.

Dikesempatan itu, Prof Robert juga mengungkapkan, salah satu persoalan dalam Batak Toba adalah soal ejaan dalam Bahasa Batak. Sehingga ada harapan, bahwa nanti akan ada buku terkait ejaan Bahasa Batak Toba.

Kegalauan lainnya adalah soal bagaimana masa depan Aksara Batak Toba. “Karena perlu sebuah kepastian soal mana yang digunakan (dari lima subetnis Batak yang ada). Maka akan ada pedoman penulisan Aksara Batak. Mudah-mudahan terbit akhir tahun ini,” jelasnya.

Hal lain yang jadi perhatian adalah, bagaimana membentuk generasi muda yang mengedepankan kearifan lokal. Misalnya soal ‘marsirippa’, yang artinya kompak bersama-sama.

“Untuk mendukung rencana pembuatan buku itu, maka akan dibentuk tim,” kata Prof Robert seraya menambahkan, direncanakan juga mendatangkan benda-benda bersejarah untuk dikumpulkan sebagai bukti adanya karya nenek moyang Orang Batak.

Dukungan BPODT

Sementara Direktur Pemasaran Pariwisata BPODT Wahyu Dito Galih Indharto mewakili Direktur Utama BPODT, mengungkapkan dukungan atas Kongres Kebudayaan Batak Toba tersebut.

“Kehadiran saya bersama dengan pengurus lain di acara ini adalah sebagai bentuk dukungan atas kongres pertama ini,” katanya. Dito pun berharap kongres bisa sebagai asesmen perkembangan Kaldera Toba.

Untuk kongres nanti, kata dia, BPODT akan mengundang diaspora-diaspora dari seluruh Indonesia. Bahkan kalau pandemi sudah reda bisa mengundang dari luar negeri. Paling tidak bisa hadir secara virtual apabila kondisi tidak memungkinkan.

Selanjutnya, Ketua Prodi Sastra Batak Fakulstas Sastra USU Drs Jekmen Sinulingga MHum mengutarakan pentingnya atraksi budaya dalam mengembangkan pariwisata di Kawasan Danau Toba.

“Sehingga Prodi Sastra Batak pun ikut terpacu untuk ikut terlibat. Dan faktanya Sastra Batak pun sudah mulai banyak yang dilirik pelaku pariwisata. Dan kita berharap kepada media untuk mendukung Kongres Kebudayaan Batak Toba,” kata pimpinan prodi yang sudah berdiri sejak 1979 ini.

Sedangkan Kepala Balai Bahasa Sumatera Utara Dr Maryanto MHum mengutarakan, bahwa yang pertama ingin mereka tunjukkan adalah semangat untuk mendukung kongres. Hal itu terbukti dengan adanya karya-karya buku yang mereka terbitkan, termasuk soal Bahasa Batak dan lainnya.

Pada kesempatan itu, Dr Maryanto menyerahkan buku-buku terbitan mereka kepada panitia dan narasumber. Acara press release itu sendiri berlangsung dengan mengedepankan prokes (protokol kesehatan) yang ketat.(POL/JS)

Berikan Komentar:
Exit mobile version