Tapanuli Selatan, POL | Miris dan menyedihkan…! Sekolah Dasar Negeri (SDN) 101226 Barnangkoling (Luat Harangan), Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Provinsi Sumatera Utara atau Sumut hanya tiga kelas dengan jumlah murid hanya 38 orang. Perinciannya, kelas II berpeserta didik lima orang yaitu seorang perempuan dan empat laki-laki, kelas IV hanya 16 murid dengan rincian lima perempuan, 11 laki-laki dan kelas VI 17 orang, yaitu enam perempuan dan 11 laki-laki.
Keterangan yang dihimpun POL hingga Sabtu (24/10/2020) malam mengatakan, jumlah gurunya hanya empat orang, semuanya guru honor ditambah seorang Kepala Sekolah, satu-satunya berstatus PNS. Itupun pada Desember mendatang Ka SD N itu akan menjalani masa pensiun.
Khairul Efendi Simamora S. Pd.i, warga kelahiran Sialang, Desa Pangaribuan (Luat Harangan) yang saat ini tinggal di Medan ketika memberikan keterangan kepada POL via telephon, Kamis (25/10/2020) pagi mengatakan, penduduk desa Barnangkoling sangat sedikit, ternyata hanya 52 kepala keluarga atau 231 jiwa. Bisa jadi dalam satu tahun pendidikan tidak ada pendaftar murid baru yang datang.
Dikatakan, masa penerimaan murid baru di SD N 101226 Barnangkoling dibuat sekali dalam dua tahun pendidikan. Setelah tamat SD Barnangkoling, mereka melanjut ke SMP Tabusira, Kecamatan Angkola Timur atau ke Pesantren Sijungkang, juga Kecamatan Angkola Timur, padahal ada SMP N 7 di desa Pangaribuan yang jarak tempuhnya 10 km dari Barnangkoling, tetapi karena kondisi jalan batu dan rusak-berat membuat orangtua memilih memasukkan anaknya ke SMP N di kecamatan lain, yakni Tabusira, Kecamatan Angkola Timur yang jaraknya antara Barnangkoling dengan Tabusira hanya delapan kilometer dan sebagian sudah aspal hotmix.
Khairul Efendi mencontohkan SDN di Dusun Liang Desa Janji Lobi masih Luat Harangan seperti menjadi pengalaman kerja baginya karena pernah menjadi tenaga pengajar di SD tersebut, bahkan ada yang muridnya dalam satu kelas hanya tiga orang. Sungguh benar-benar menyedihkan katanya lagi.
“Itu semua terjadi tetap berawal dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap kondisi infrastruktur jalan darat. Desa Barnangkoling sangat lumayan jauh jaraknya dari desa yang lain. Akibatnya tidak jarang terjadi dalam satu tahun pendidikan tidak ada pendaftar peserta didik baru untuk belajar di SD N 101226 Barnangkoling,” kata Khairul.
Artinya, jika jalan kabupaten benar-benar menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah, ada kemungkinan masih terbuka peluang datangnya anak bangsa untuk mendaftar menjadi peserta didik, tidak hanya di SD N 101226 Barnangkoling, tetapi juga di SD N yang berada di satu desa lain seperti SD N Liang, SDN Janjilobi dan SDN Hasahatan.
Dia mengkaitkan kondisi SD N 101226 Barnangkoling dengan SD N di Gadu yang jaraknya dekat dengan desa Pangaribuan, dan dusun Sialang sehingga dua dusun ditambah satu desa bergabung, putra-putri bangsa dari tiga pemukiman sama-sama belajar di SD N di dusun Gadu.
“Intinya semua problem itu berawal dari kondisi jalan antar desa di Luat Harangan, hampir semuanya bermasalah. Pasalnya, itu jika berbicara secara komprehenship terkait Luat Harangan, satu-satunya SMP berstatus Negeri hanya ada di desa Pangaribuan, yakni SMP N 7. Harusnya semua lulusan SD N yang ada di Luat Harangan itu harus melanjut ke SMP 7 Pangaribuan, tetapi karena kerusakan badan jalan dari Barnangkoling ke Pangaribuan sangat parah, maka mereka terpaksa lari ke SMP N Tabusira dan karena jalan dari dusun Hasahatan ke Pangaribuan sangat parah, lulusan SDN Hasahatan lari ke SMP N Bungabondar. Itu artinya kalau jalan di Luat Harangan tidak ada kecuali, semuanya dalam kondisi rusak berat dan tidak ada perhatian serius dari pemerintah,” kata Khairul di akhir penjelasannya. (POL/balyan kn)
