• Redaksi
  • Hubungi Kami
Rabu, 29 Oktober 2025
perjuanganonline.com
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto
No Result
View All Result
perjuanganonline.com
No Result
View All Result
Home Daerah

Ketua PPK di Madina Tewas Minum Racun, Kok Bisa?

Editor: Suganda
Selasa, 20 Februari 2024
Kanal: Daerah

Editor:Suganda

Selasa, 20 Februari 2024
Ilustrasi.

Ilustrasi.

Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram

Madina, POL | Ketua panitia pemilihan kecamatan (PPK) Pakantan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, Parlan, meninggal dunia usai menenggak pestisda. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara polisi, Parlan nekat minum racun karena mengalami kelelahan pikiran.

Parlan meninggal dunia pada Sabtu (17/2) sekitar pukul 12.15 WIB. Korban meghembuskan nafas terakhir di RSUD Panyabungan.

“Iya (Ketua PPK Pakantan meninggal dunia kemarin siang),” kata Ketua KPU Madina Muhammad Ikhsan, Minggu (18/2/2024).

Saat itu dibawa ke rumah sakit, Parlan dalam kondisi muntah-muntah dan mencret. “Kita mendapatkan informasi hari Jumat sekitar jam 17.00 WIB masuk rumah sakit, penyebabnya itu muntah-muntah dan mencret,” ucapnya.

Pasca mendapat perawatan di rumah sakit, kondisi Parlan sempat membaik dan ketiduran. Keesokan harinya, Parlan mengalami sesak dan akhirnya meninggal dunia.

“Sempat dirawat di rumah sakit, sorenya itu sempat mendingan, tenang, ketiduran. Paginya di hari Sabtu (kambuh) lagi macam sesak, jadi dibawa ke ruang ICU sekitar 12.15 WIB lah meninggal dunia,” ujarnya.

Saat ditanya soal informasi Parlin meninggal usai mencoba bunuh diri dengan meminum cairan pestisida, Ikhsan mengaku belum mendapat keterangan secara resmi. Hanya saja berdasarkan pemberitaan di beberapa media, Parlan disebut keracunan pestisida.

“Kalau dari analisa dokter ada keracunan, kami kan belum dapat secara resmi dari media sementara pestisida,” bebernya.

Humas RSUD Panyabungan, Mukmin Harahap, mengatakan pihaknya tidak bisa menyimpulkan apakah Parlan bunuh diri atau tidak. Sebab hal itu di luar wewenang mereka.

“Bunuh diri atau nggak nya kita nggak tahu, karena itu bukan ranah kita menentukan bunuh diri atau tidak kan,” sebut Mukmin Harahap.

Mukmin menuturkan jika Parlan tiba di RSUD Panyabungan dengan anamnesa meminum cairan gramoxone. Parlan meminum gramoxone sekitar setengah botol ukuran kecil.

“Kita bicara dari sisi fasilitas kesehatan, kalau dari sisi medis pasien itu datang hari Jumat jam 5 sore dengan anamnesa meminum cairan sejenis gramoxone semacam pestisida kalau bahasa kita di pertanian itu roundap lah namanya, perkiraan itu diminum sekitar setengah botol ukuran kecil,” tuturnya.

Pihaknya kemudian memberikan pertolongan medis terhadap Parlan selama di RSUD Panyabungan dan kemudian meninggal dunia. Sehingga pihaknya tidak dapat menyatakan apakah Parlan bunuh diri atau tidak.

“Jadi faktor penyebabnya kita nggak tahu, apakah itu bunuh diri atau bagaimana,” tutupnya.

Kapolres Madina AKBP Arie Sofandi Paloh mengatakan pihaknya sejauh ini masih menyelidiki motif kematian korban. Berdasarkan pemeriksaan sementara, Parlan minum pestisida diduga dipicu karena korban memiliki banyak pikiran.

“Motif belum, masih dalam penyelidikan karena saat ini Kanit Intelkam, Kanit Reskrim sedang mengumpulkan bahan keterangan. Tapi yang bisa diduga itu, lelah pikiran, bukan lelah fisik,” kata Arie, Senin (19/2).

Arie mengatakan, abang korban sempat menanyakan alasan korban meminum racun. Saat itu, korban tengah dirawat di rumah sakit. Kepada abangnya, korban mengaku dirinya tidak sanggup menjadi Ketua PPK karena pada saat yang bersamaan orang tuanya mengalami sakit keras.

“Dari pertanyaan abangnya, sewaktu di rumah sakit ditanyakan kenapa kamu minum, bahasa dia (korban), dia nggak sanggup menjadi Ketua PPK. Kalau nggak sanggup kenapa mau jadi ketua, kata abangnya, itu nggak ada jawaban lagi,” ujarnya.

Menurut Arie, kedua orang tua korban dalam keadaan sakit-sakitan. Ayahnya mengalami sakit keras dan terpaksa harus diopname di rumah sakit, sedangkan ibunya mengalami sakit ringan dan hanya dirawat di rumah.

“Korban ini belum menikah, situasinya orang tua dia sakit keras, jadi waktu dia terbagi. Jadi, pressure orang tua lagi sakit keras, diopname dua minggu. Orang tua perempuan dalam kondisi lemah, tapi masih di rumah,” kata Arie.

“Pikirannya terbagi dua, antara mementingkan dia harus jadi Ketua PPK, karena tanggal 17 (Februari) itu dia harus memimpin sidang pleno. Sementara sudah dua minggu orang tuanya nggak bisa dia dampingi karena dia harus jadi Ketua PPK. Itu yang baru dari keterangan abangnya, sama keterangan yang kami dapatkan dari Panwascam Pakantan,” sambungnya.

Eks Kasubditaudit Ditpamobvit Polda Bengkulu itu menyebut pihaknya juga telah memeriksa ponsel korban untuk memastikan apakah ada tekanan dari pihak tertentu yang dialami oleh korban. Sejauh ini, kata Arie, pihaknya belum menemukan hal itu.

“Sementara dari penyelidikan dari hp juga belum ditemukan mengarah ke tekanan, apakah itu dari anggota PPK, anggota masyarakat, atau pun terkait caleg-caleg di dapil Kecamatan Pakantan. Kemudian, dari hasil keterangan dari anggota PPK, Ketua Panwascam Pakantan, itu sudah kita ambil keterangan, tidak ada yang mengarah ke sana,” ujarnya.

Arie turut menceritakan kronologi awal mula korban ditemukan keluarganya usai minum racun. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (16/2).

Saat itu, abang korban melihat korban keluar dari kamar mandi dalam keadaan pusing dan lalu terjatuh. Setelah ditanya, korban mengaku dirinya baru saja meminum racun.

“Masuk dia (ke rumah sakit) hari Jumat dalam kondisi muntah-muntah. Sebelumnya, dia di rumah itu ditemukan abangnya keluar dari kamar mandi, oyong, jatuh. Ditanya kenapa, katanya minum racun,” jelasnya.

Setelah itu, keluarga korban memanggil bidan. Usai bidan tiba, korban diberikan susu dan langsung muntah. Namun, karena kondisinya tidak kunjung membaik, korban akhirnya dilarikan ke RS Permata Bunda Madina.

“Langsung panggil bidan, dikasih susu, langsung muntah. Namun, karena belum membaik dirujuk ke RS,” ujarnya.

Nahas, keesokan harinya, korban dilaporkan meninggal dunia. Arie mengaku pihaknya telah melayat ke rumah duka sekaligus memberikan bantuan. “Saya langsung melayat, sekaligus memberikan tali asih,” pungkasnya. (DT)

Berikan Komentar:
Print Friendly, PDF & Email
Berita sebelumnya

Dewan Pembina Lembaga PON Dukung Pj Gubernur Sumut Warning OPD Tidak Main-main Soal PON XXI

Berita selanjutnya

Dalam 5 Tahun Investasi di Toba Mencapai Rp 8 Triliun Lebih

TERBARU

Pemberdayaan Rumah Ibadah di Masjid Al Ikhlas Laucih, Rico Waas Safari Ashar dan Ajak Masyarakat Makmurkan Masjid

Selasa, 28 Oktober 2025

Wali Kota Medan Dukung Muswil RAPI, Hadirkan Inovasi Ditengah Perkembangan Teknologi

Selasa, 28 Oktober 2025

Telkom Hadirkan AI Campus, Majukan Ekosistem Digital Perguruan Tinggi

Selasa, 28 Oktober 2025
  • Hubungi Kami
  • Redaksi
  • Sitemap
  • Pedoman Cyber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

© Copyright 2020 PERJUANGANONLINE.COM - Mengedepankan Amanah Rakyat All Right Reserverd

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Politik
  • Kota
  • Hukum&Kriminal
  • Daerah
  • Internasional
  • Kasak-kusuk
  • Olahraga
  • Otomatif
  • Ragam
    • Advertorial
  • Video
  • Foto

© Copyright 2020 PERJUANGANONLINE.COM - Mengedepankan Amanah Rakyat All Right Reserverd